Kekurangan Bisnis Franchise: Apa Saja Tantangan dan Risikonya?
jadisatu.biz.id - Bisnis franchise menawarkan keuntungan berupa sistem usaha yang sudah teruji dan merek yang dikenal luas. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa model bisnis ini juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan dengan cermat. Artikel ini membahas berbagai kelemahan dalam bisnis franchise yang penting untuk diketahui calon franchisee sebelum mengambil keputusan besar.
Kekurangan Bisnis Franchise: Apa Saja Tantangan dan Risikonya? |
1. Biaya Awal yang Tinggi
Salah satu kekurangan utama bisnis franchise adalah tingginya biaya awal yang harus dikeluarkan. Untuk bergabung dengan franchise terkenal, seperti KFC atau Starbucks, calon franchisee sering kali perlu menyediakan dana ratusan juta hingga miliaran rupiah. Biaya ini mencakup lisensi, pelatihan, dan persediaan awal. Selain itu, masih ada royalty fee atau persentase keuntungan yang harus dibayarkan kepada franchisor secara rutin, yang bisa mengurangi margin keuntungan.
2. Keterbatasan Kendali dan Kreativitas
Dalam bisnis franchise, franchisee harus mengikuti standar operasional yang sudah ditentukan oleh franchisor. Keterbatasan ini sering kali menjadi tantangan bagi pengusaha yang ingin mengekspresikan kreativitas mereka. Franchisee tidak bisa bebas mengubah menu, menambahkan produk, atau bahkan mengubah tampilan toko tanpa persetujuan franchisor. Hal ini dapat terasa membatasi, terutama bagi mereka yang ingin berinovasi atau menyesuaikan bisnis dengan pasar lokal.
3. Ketergantungan pada Reputasi Merek
Bisnis franchise sangat tergantung pada reputasi merek induk. Jika merek franchise terlibat dalam skandal atau mengalami penurunan popularitas, cabang franchise akan terkena dampak negatif, meskipun franchisee tidak terlibat langsung. Ketergantungan ini menimbulkan risiko tambahan karena franchisee tidak dapat sepenuhnya mengendalikan reputasi atau persepsi publik terhadap merek tersebut.
4. Persaingan Internal yang Ketat
Salah satu aspek yang sering kali diabaikan dalam bisnis franchise adalah adanya persaingan internal antar franchise. Franchisor sering kali membuka beberapa cabang dalam satu wilayah untuk meningkatkan brand exposure, namun hal ini justru dapat menciptakan persaingan di antara franchisee yang berada di area yang sama. Dengan adanya cabang-cabang lain yang menawarkan produk serupa, franchisee dapat mengalami kesulitan dalam menarik pelanggan, terutama jika lokasi mereka tidak strategis.
5. Kewajiban Royalti dan Biaya Lainnya
Sebagian besar franchise mewajibkan franchisee untuk membayar royalti bulanan yang dihitung berdasarkan persentase pendapatan atau keuntungan. Di samping itu, ada juga biaya-biaya lain seperti biaya pemasaran atau biaya administrasi yang mungkin dikenakan oleh franchisor. Kewajiban membayar biaya-biaya ini dapat mengurangi margin keuntungan dan membuat franchisee kesulitan mencapai target profit yang diharapkan.
6. Keterbatasan Peluang Ekspansi
Franchisee tidak memiliki kebebasan penuh dalam melakukan ekspansi usaha. Jika ingin membuka cabang baru, franchisee biasanya harus mendapatkan izin dari franchisor dan memenuhi persyaratan tertentu. Bahkan, beberapa franchisor memiliki aturan ketat mengenai lokasi dan wilayah operasional. Hal ini membatasi kesempatan franchisee untuk memperluas bisnis mereka di wilayah-wilayah potensial tanpa persetujuan franchisor.
7. Risiko Ketidakstabilan Kontrak
Bisnis franchise beroperasi berdasarkan kontrak yang ditandatangani antara franchisor dan franchisee. Kontrak ini biasanya memiliki jangka waktu tertentu, dan franchisor memiliki hak untuk memperpanjang atau mengakhiri kontrak sesuai dengan kebijakan mereka. Jika kontrak tidak diperpanjang, franchisee harus menghentikan operasional bisnisnya atau mencari cara lain untuk tetap menjalankan usaha. Ketidakstabilan ini dapat menjadi masalah besar bagi franchisee yang telah menginvestasikan banyak waktu dan uang dalam bisnis tersebut.
8. Keterbatasan dalam Pemilihan Pemasok
Franchisor biasanya menetapkan pemasok resmi untuk barang atau bahan baku tertentu yang harus digunakan oleh semua franchisee. Sementara ini bertujuan untuk menjaga kualitas produk dan efisiensi operasional, hal ini juga bisa menjadi kerugian bagi franchisee, terutama jika harga bahan baku dari pemasok yang ditunjuk lebih mahal dibandingkan alternatif lain. Franchisee tidak bisa leluasa memilih pemasok yang lebih murah atau lebih dekat dengan lokasi bisnis mereka.
9. Sulit Beradaptasi dengan Pasar Lokal
Di beberapa kasus, standar dan produk yang diterapkan oleh franchisor mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan selera atau kebutuhan pasar lokal. Sebagai contoh, franchise makanan dari luar negeri mungkin memiliki menu atau resep yang kurang cocok dengan selera konsumen lokal. Franchisee sering kali tidak memiliki keleluasaan untuk melakukan penyesuaian terhadap produk atau layanan, sehingga sulit bersaing dengan bisnis lokal yang lebih fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan keinginan pasar.
10. Potensi Konflik dengan Franchisor
Karena franchisee harus mengikuti pedoman dan kebijakan franchisor, potensi konflik selalu ada, terutama jika ada ketidaksepahaman dalam interpretasi kebijakan atau perubahan yang diterapkan oleh franchisor. Misalnya, jika franchisor memutuskan untuk menaikkan biaya royalty atau biaya lain yang tidak tercantum dalam kontrak awal, hal ini dapat menimbulkan perselisihan. Ketidakpastian ini dapat mengganggu kelancaran operasional bisnis dan mengurangi keuntungan yang diperoleh franchisee.